BOOK REVIEW: NO PLACE FOR TRUTH (TIADA TEMPAT BAGI KEBENARAN) (David F. Wells, Ph.D. Surabaya: Momentum, 2004)

Yafet Arnold Lalenoh

Abstract


David F. Wells, profesor Sejarah dan Teologi Sistematik pada Gordon-Conwell Theological Seminary dan pengarang buku  No Place For Truth, dengan subjudul  Whatever Happened to Evangelical Theology, memberikan seruan nyaring kepada dunia Injili untuk sebuah reformasi, vis-à-vis kebangunan rohani, dari gereja historis masakini kembali kepada pemahaman sistematik dan doktrinal serta perkembangan “iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus”(Yud 1:3). Tak dapat disangkal, Wells yang menulis dari sudut pandang non-fundamentalis mengritisi rekan-rekannya sendiri dan gerakan Injili dalam mana ia sendiri menjadi bagiannya. Tujuan utamanya adalah untuk menyelidiki mengapa teologi menghilang. Inti tuntutannya adalah “suatu jenis injili baru,” lebih seperti “yang lama yang dulu ada” (hal. 13). Memastikan bahwa dia tidak hanyut kedalam peristilahan fundamentalis, Wells menggambarkan “yang lama”dari Injili dalam peristilahan Puritan Kongregasionalis dari Wenham, MA. Wenham, kampung halaman Adoniram Judson, melambangkan perubahan teologis serta kultural dalam lanskap Kristen dari evangelikalisme Amerika. Ia secara hati-hati menarikhkan transformasi yang tidak kudus dari “firdaus nikmat” ini kepada sesuatu yang “hilang” dan tak terjangkau pemulihan-suatu “firdaus orang bodoh.”


Full Text:

PDF

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2019 RHEMA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika

Copyright © RHEMA, 2018-2020. All Rights Reserved.