Salam Lintas Agama Merekatkan yang Berbeda untuk Memberkati Satu Sama Lain

Janfrido M Siahaan

Abstract


Salam Lintas Agama atau disebut juga Salam Kebhinekaan saat ini semakin populer diucapkan oleh para pemimpin bangsa. Ketika wabah Covid-19 melanda Indonesia maka bangsa ini memerlukan sebuah spirit bersama untuk bangkit dari hajaran atau efek wabah yang menimbulkan kerugian di berbagai sektor. Seluruh elemen bangsa harus direkatkan untuk bersatu dan bangkit melawan wabah ini dan Salam Lintas Agama atau Salam Kebhinekaan ini bisa dipakai sebagai faktor perekat antar umat beragama. Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan usulan menjadikan Salam Lintas Agama atau Salam Kebhinekaan sebagai faktor perekat antar umat beragama untuk saling memiliki kepedulian lintas-agama, lintas-suku dalam menghadapi bahaya Covid-19 yang telah menelan banyak korban dan kerugian bagi masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis fenomenologi untuk maksud mendeskripsikan pemaknaan salam dari berbagai agama-agama besar dan kaitannya dalam menumbuhkan ketahanan bangsa. Data didapatkan dari tengah masyarakat dalam kurun waktu masa Pembatasan Sosial Berskala Besar yang mencerminkan bagaimana salam dan doa dapat meningkatkan silatuhrahmi dan saling menolong antar umat beragama meningkat dibandingkan masa sebelum wabah.

Salam Lintas Agama (Interfaith Greetings) or also called “Salam Kebhinekaan” is now increasingly popular spoken by the leaders of the nation. When the Covid-19 outbreak hit Indonesia, this nation needed a common spirit to rise from the beat or the effects of the plague that caused losses in various sectors. All elements of the nation must be glued together to unite and rise against this plague and Salam Lintas Agama or Salam Kebhinekaan can be used as an adhesive factor between religious communities. This paper is intended to provide a proposal to make Salam Lintas Agama or Salam Kebhinekaan a glue factor between religious communities to have inter-religious, cross-tribal care in facing the danger of Covid-19 which has claimed many victims and losses to the community. This study uses a qualitative method with phenomenological analysis for the purpose of describing the meaning of greetings from various major religions and their relation in fostering national resilience. Data obtained from the middle of the community in the period of the Large-Scale Social Restrictions reflecting how greetings and prayers can increase fellowship and help each other among religious communities increase compared to before the outbreak.

Keywords


Salam Lintas Agama, Salam Kebhinekaan, wabah, Covid-19, kepedulian, doa

Full Text:

PDF

References


Maarif, Ahmad Syafii. Islam dan Pancasila sebagai Dasar Negara. Bandung: Mizan, 2017.

Turner, Bryan S. The Religious and the Political A Comparative Sociology of Religion. New York : Cambridge University Press, 2013.

Creswell, John W. Penelitian Kualitatif dan Desain Riset Memilih di antara Lima Pendekatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.

Yancey, Philip. Doa : Bisakah Membuat Perubahan? Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2006.

https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4778988/ini-imbauan-mui-jatim-soal-pejabat-tak-gunakan-salam-pembuka-semua-agama

https://nasional.kompas.com/read/2014/05/13/1554340/Revolusi.Doa?page=3

http://blog.unnes.ac.id/murifa/2015/11/16/sebuah-kajian-tentang-agama-dan-legitimasi-politik/


Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2021 RHEMA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika

Copyright © RHEMA, 2018-2020. All Rights Reserved.